Teori Belajar Operant Conditioning Skinnner

- 01.19
advertise here
advertise here
          BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Belajar merupakan prosesperubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tau. Misalnya seorang anak yang awalnya tidak bisa berbahasa Inggris menjadi mahir. Akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan hasil dari proses belajar.[1] Misalnya, kita lihat perubahan yang terjadi pada bayi, bayi yang semula tidak bisa tengkurap lalu dapat tengkurap merupakan perubahan karena kematangan, bukan karena proses belajar.
Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, yang pertama ialah pembelajaran dipandang sebagai suatu system. Dari sudut pandang ini maka pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi, antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teori pembelajaran dan lain sebagainya. Sedangkan sudut pandang yang kedua pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. 
Belajar teori-teori utama tentang bagaimana seseorang belajar, merupakan hal yang sangat penting. Banyak teori-teori pembelajaran yang telah disajikan untuk persiapan mengajar. Hal ini mengingat betapa pentingnya seorang guru dapat mengajar anak didiknya dengan baik, dan bagaimana anak didik dapat menerima apa yang diajarkan gurunya dengan baik pula.
Teori-teori belajar memang banyak dan beragam, namun dalam makalah ini akan difokuskan pembahasannya pada teori operant conditioning atau sering disamakan dengan behavioral conditioning dari B.F. Skinner. Skinner memiliki pandangan lain dalam mendefinisikan belajar, baginya belajar ialah tingkah laku. Teori Skinner ini merupakan salah satu teori yang paling berpengaruh di bidang pendidikan selama bertahun-tahun



B.  Rumusan Msalah
1.    Bagaimana biografi B. F. Skinner?
2.    Bagaimana latar belakang teori belajar Operant Conditioning ?
3.    Bagaimana konsep teori belajar Operant Conditioning ?
4.    Bagaimana karakteristik teori belajar Operant Conditioning ?
5.    Bagaimana prinsip Operant Conditioning?
6.    Bagaimana stimulus Operant Conditioning
7.    Apa kelebihan dan kekurangan teori Skinner?
8.    Bagaimana aplikasi teori belajar operant conditioning B. F. Skinner dalam pembelajaran?
9.      Bagaimana Pengaruh Teori  Operant Conditioning Skinner?

C.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui biografi B. F. Skinner
2.      Untuk mengetahui latar belakang teori belajar Operant Conditioning 
3.      Untuk mengetahui konsep teori belajar Operant Conditioning 
4.      Untuk mengetahui karakteristik teori belajar Operant Conditioning 
5.      Untuk mengetahui prinsip Operant Conditioning
6.      Untuk mengetahui stimulus Operant Conditioning
7.      Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan teori Skinner
8.      Untuk mengetahui aplikasi teori belajar operant conditioning B. F. Skinner dalam pembelajaran
9.      Untuk mengetahui pengaruh Teori  Operant Conditioning Skinner


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Biografi B.F . Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 maret 1904 di kota kecil susquenhanna, pennshyilvania, AS. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga dengan kepribadian dan kecerdasan yang kuat. Sebagai seorang anak yang aktif, skinner lebih menyenangi kegiatan di luar rumah dan sangat menikmati kegiatan-kegiatan disekolahnya. Skinner bercita-cita menjadi penulis dan berusaha untuk mewujudkannya dengan mengirim puisi dan cerita pendek keberbagai media cetak.
Setelah beberapa lama berkelana tidak tentu arah, dia memutuskan untuk kembali sekolah, kali ini di Harvard. Dia meraih gelar master dalam bidang psikologi pada tahun 1930 dan doctoral nya tahun 1931 dan menetap di Harvard sampai tahun 1936 untuk melakukan berbagai penelitian. Di tahun 1936 dia pindah di Minneapolis untuk mengajar di university Of Minnesota. Disini dia berkenalan dengan Yvone blue dan tidak lama kemudian menikahinya. Mereka dikarunia dua orang putri. Putrinya yang kedua menjadi sangat terkenal karena dialah anak pertama yang memberi inspirasi berbagai penemuan Skinner, salah satunya adalah kurungan kaca.
Tahun 1945, dia menjadi pimpinan departemen Psikologi di Indiana university. Tahun 1948, dia diminta mengajar di Harvard tempat dia menghabiskan seluruh hidupnya. Skinner adalah orang yang sangat aktif mengadakan penelitian dan membimbing ratusan kandidat doctor sertta menulis begitu banyak buku. Walaupun tidak berhasil menjadi penulis fiksi dan penyair, namun dia berhasil menjadi salah satu penulis psikologi terbaik, termasuk buku Wolden II, sebuah buku fiksi yang menjelaskan prilaku sebuah komunitas berdasarkan perspektif behavioris. Karya tulisnya yang dianggap baru atau yang terakhir berjudul About Behaviorism yang diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.[2] Tanggal 18 agustus 1990 skinner meninggal dunia akibat leukemia. Dia akan tetap dikenang sebagai psikolog paling terkenal setelah Sigmund Freud.[3]
B.  Latar Belakang Teori Operant Conditioning B.F Skinner
Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat“ low of effect”[4]
Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur penguatan kedalam hukum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi kemunculannya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai bapak operant conditioning
Jadi, Inti dari teori Skinner tentang Pengkondisian operan (operant conditioning) dalam kaitannya dengan psikologi belajar adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan
C.  Konsep Teori Skinner
B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Operant conditioning merupakan salah satu dari dua jenis pengondisian dalam pembelajaran asosiasi (associative learning). Pembelajaran asosiatif adalah pembelajaran yang muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan dua peristiwa. Dalam operant conditoning, individu belajar mengenai hubungan antara sebuah perilaku dan konsekuensinya. Sebagai hasil dari hubungan asosiasi ini, setiap individu belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian  ganjaran dan mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian operant conditioning adalah sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi dari sebuah perilaku mengubah kemungkinan berulangnya perilaku . [5]Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus yang demikian disebut dengan ‘’ emmited behavior ” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa memedulikan stimulus tertentu. Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforce bagi tikus yang disebut dengan tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa butiran-butiran makanan kedalam wadah makanan.
Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant yang berbeda lainnya, yaitu law operant conditioning dan law extinction. Menurut hukum operant conditioning, jika suatu tingkah diriingi oleh sebuah penguat (reinforcement), maka tingkah laku tersebut meningkat. Sedangkan menurut hukum law extinction, jika suatu tingkah laku yang diperkuat dengan stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringi stimulus penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Kedua hukum ini pada dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (classical conditioning)
Description: Description: Description: Description: Description: C:\Users\asus\Pictures\skinner+box.jpg

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

D.  Karakteristik Operant Conditioning
Teori pembiasaan prilaku respon (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan termasuk sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini, dimana penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner. Menurut Skinner, prilaku adalah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. prilaku ini dapat terjadi karena dua pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya dan pengaruh yang mengikutinya.
Sistem pembentukan prilaku yang ditawarkan oleh Skinner didasarkan pada ”cara kerja yang menentukan (operant conditioning)”. Dimana Skinner mengemukakan bahwa :[6]
1.    Prilaku yang diikuti oleh stimulan-stimulan penggugah memperbesar kemungkinan dilakukannya lagi prilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.
2.    Prilaku yang tidak lagi diikuti oleh stimulant-stimulan penggugah memperkecil kemungkinan dilakukannya prilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.
Seperti halnya Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respon, tetapi berbeda dengan kedua tokoh tersebut, dimana Skinner membuat perincian lebih lanjut. Skinner membedakan adanya dua macam prilaku, yaitu:
1.      Respondent behavior ( perilaku responden) yakni perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua gerak reflek.
2.      Operant behavior ( perilaku operan) yakni perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.
 Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah.
1.      Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior ofl awful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwaperistiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2.      Tingkahlaku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan.Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga peristiwa yang akan datang.Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksimengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
3.      Tingkahlaku dapat dikontrol (Behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukkan antisipasi dan menentukan/membentuk(sedikit-banyak) tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahubagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi dia sangat berkeinginan untukmemanipulasinya. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan tradisional yangmenganggap manipulasi sebagai serangan terhadap kebebasan pribadi. Skinner memandang tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu, sedangkanpandangan tradisional berpendapat tingkah laku merupakan produk perubahan dalamdiri secara spontan.
Skinner membedakan perilaku atas :
1.    Perilaku alami (innate behavior), yang kemudiandisebut juga sebagai clasical ataupun respondent behavior, yaitu perilaku yangdiharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik, perilaku yangbersifat refleksif.
2.    Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilakuyang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mataditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan
E.  Prinsip-Prinsip Operant Conditioning
     Menurut skinner, pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu:[7]
1.      Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
a.      Positive Reinforcement (Penguatan Positif)
Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat  karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang. Rangsangan yang diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif
b.    Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)
Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang  merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh,  seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yangbaik.
1)   Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik
2)   Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik
2.      Hukuman (Punishment)
Penguatan negatif (negative reinforcement) tidaklah sama dengan hukuman, keduanya sangat berbeda. Penguatan negatif lebih bertujuan untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, sedangkan hukuman lebih bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Dalam penguatan negatif respon akan meningkat karena konsekuensinya, sedangkan pada hukuman respon akan menurun karena konsekuensinya. Sebagai contoh, ketika kita meminum obat saat kita sakit kepala dan  hasilnya sakit kepala kita hilang , maka kita  akan meminum obat yang sama saat kita mengalami sakit kepal. Penghilangan  rasa sakit kepala pada kasus ini merupakan penguatan negatif, sedangkan apabila setelah meminum obat ternyata kita mendapat alergi, maka tentunya kita tidak akan meminum obat yang sama lagi sebab mendapat alergi dalam kasus ini merupakan sebuah hukuman sehingga perilaku berikutnya tidak akan mengulangi hal yang sama.
Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Sebagai contoh, seorang anak bermain-main pedang-pedangan menggunakan pisau, kemudian kulit jari tanganya terpotong ketika pisau tersebut salah diarahkan. Pada akhirnya anak tersebut akan sedikit kemungkinannya bermain-main menggunakan pisau.
Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek). Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah rangsangan positif atau menyenagkan diambil. Sebagai contoh, seorang anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan temannya dan malas belajar, kemudian  anak tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak tersebut tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih mengutamakan pelajarannya
F.   Stimulus Operant Conditioning
1.      Generalization (Generalisasi)
Generalization  pada operant conditioning adalah memberikan respon yang sama terhadap stimulus yang sama atau mirip. Fokus perhatiannya adalah  tingkat dimana perilaku disamaratakan dari satu situasi ke situasi yang lain.
Sebagai contoh, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya karena menimang dan menyayangi anjing keluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimang anjing itu dengan  anjing yang lain. Contoh lain, seorang guru memuji siswanya apabila siswa itu mengajukan pertanyaan yang bagus yang berhubungan dengan bahasa Inggris, hal ini disamaratakan dengan kerja keras dalam sejarah, matematika maupun dalam mata pelajaran yang lain
2.      Discrimination (diskriminasi)
Diskriminasi dalam operant conditioning berarti melibatkan perbedaan antara stimulus-stimulus dan kejadian-kejadian lingkungan, atau dapat diartikan merespon stimulus yang menunjukkan bahwa sebuah perilaku akan atau tidak akan dikuatkan.
Sebagai contoh, Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya, sedangkan hal itu bisa saja berbahaya ( dapat dikatakan, anjing tetangga sangat galak dan suka menggigit) maka orang tua harus memberikan latihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan cara  oranng tua menunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang rmah dan biisa disayang dan mana anjing yang galak. Contoh lain, seorang siswa tahu bahwa wadah di  meja guru yang bertulisan “ Matematika” adalah tempat ia harus meletakkan tugas matematika hari ini, sementara wadah lainnya yang bertulisan “ Bahasa Inggris “ adalah tempat tugas bahasa inggris hari ini harus diletakkan.
3.      Extinction (Pelenyapan)
Extinction  merupakan suatu penghentian penguatan. Jika dalam suatu kasus dimana pada perilaku sebelumnya individu mendapat penguatan kemudian tidak lagi dikuatkan sehingga akan ada kecenderungan penurunan perilaku, maka hal inilah yang dinamakan munculnya suatu pelenyapan (extinction).
Seorang siswa mendapatkan beasiswa setiap kali berhasil menjadi juara kelas. Namun, suatu ketika beasiswa dihentikan karena adanya kekurangan dana dari pihak si pemberi beasiswa sehingga tidak sanggup lagi memberi bantuan. Ketika pihak pemberi beasiswa tersebut tidak memberi lagi beasiswa, semangat belajar siswa tersebut menjadi menurun.
Pelenyapan  juga merupakan suatu strategi menghentikan penguatan dimana pelenyapan ini menarik penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Hal ini dikarenakan banyaknya perilaku yang tidak tepat dipertahankan akibat adanya penguatan positif terhadap perilaku tersebut. Sebagai contoh, orangtua yang kurang peka terkadang cenderung lebih memperhatikan perilaku yang tidak baik dari anaknya, seperti menegur, memarahi, membentak, dan sebagainya tanpa sedikitpun memperhatikan hal-hal baik yang dilakukan oleh anaknya, seperti memuji prestasi-prestasi dan kelakuan baik anak-anaknya. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya suatu pelenyapan terhadap penguatan pada hal-hal negatif yang dilakukan anaknya dan lebih memperhatikan dan memunculkan penguatan pada hal-hal positif yang dilakukan si anak.[8]
G. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Operant Conditioning
Dalam sebuah teori tentunya tentunya ada kelebihan dan kelemahannya, begitu juga di dalam teori operant conditioning. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori operant conditioning
1.    Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi organisme untuk berperilaku yang benar sesuai dengan keinginan
2. Kekurangan
a.    Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, kecuali sebagai gejalanya.
b.    Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-direction (kemampuan mengarahkan diri)dan sellf-control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak jika ia tidak menghendaki
c.    Proses belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik maupun psikis antara mannusia dan hewan.[9]
H.   Aplikasi Teori Operant Conditioning dalam Pembelajaran
Setiap teori belajar mempunyai implikasi bagi pengajaran. Bagi guru teori belajar dapat memperjelas fungsinya bagi anak dalam belajar. [10]Begi juga Skinner mengakui bahwa aplikasi dari teori operant adalah terbatas, tetapi ia meyakini bahwa ada implikasi praktis bagi pendidikan. Ia mengemukakan bahwa kontrol yang positif atau menyenangkan mengandung sikap yang menguntungkan terhadap pendidikan, dan akan lebih efektif bila digunakan.
Selain kesegeraan reinforcement, hal yang akan diberikan  reinforcement juga perlu diperhatikan di dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan menggunakan  reinforcementpada langkah-langkah menuju keberhasilan, guru menggunakan teknik pembentukan.
Pendidik hendaknya melakukan pencatatan dari kemajuan siswa, sehingga dapat dilakukan perubahan program yang diperlukan siswa. Pendidik perlu mengetahui dan menentukan tugas mana yang akan dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakan, dan hasil apa yang diharapkan. Menurut Skinner mengajar adalah mengatur kesatuan penguat untuk mempercepat proses belajar. Dengan demikian tugas guru harus menjadi arsitek dalam membentuk tingkah laku siswa dengan penguatan, sehingga dapat membentuk respons yang tepat dikalangan siswa.
Sebagai contoh jika seorang guru ingin membentuk siswanya setiap hari berangkat kesekolah tepat waktu, maka sebagai penguatan guru tersebut bisa memberikan reward dengan segera pada siswa yang paling awal berangkat kesekolah dan memberi hukuman pada siswa yang terlambat datang kesekolah. Namun guru hendaknya member hukuman yang positif kepada siswanya. Penguatan itu dilakukan secara konsisten hingga siswa terbiasa dengan tingkah laku tersebut.
Ringkasan langkah-langkah atau prinsip sebagai aplikasi pembentukan perilaku baru siswa menurut aliran Skinner dalam pengajaran adalah sebagai berikut:
1.      Penentuan tujuan yang jelas. Buat tujuan itu sekhusus mungkin. Tujuan diatur sedemikian rupa secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.
2.      Menentukan batas kemampuan siswa. Setelah mengetahuinya maka diberi tekanan kepada kemajuan setiap individu sesuai batas kemampuannya.
3.      Mengadakan penilaian terus menerus untuk menetapkan tingkat kemajuan yang dicapai siswa.
4.      Prosedur pengajaran dilakukan melalui modifikasi atas dasar hasil evaluasi dan kemajuan yang dicapai.
5.      Hendaknya digunakan positif reinforcement secara sistematis bervariasi dan segera ketika respons siswa telah terjadi.
6.      Prinsip belajar tuntas sebaiknya digunakan agar penguasaan belajar siswa dapat diperoleh sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan atau sesuai dengan tujuan awal dalam pengajaran.
7.      Program remidi bagi siswa yang memerlukan harus diberikan, agar mencapai prinsip belajar tuntas.
8.      Guru lebih diarahkan kepada perannya sebagai arsitek dan pembentuk tingkah laku siswa.[11]
I.     Pengaruh Teori Skinner
Teori Skinner sangat berpengaruh besar pada saat ini, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Di dunia pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun berdasarkan teori Skinner. Program-program tersebut misalnya:
1.      Programmed Instruction, dan sarananya programmed book.
2.      Computer Assisted Instruction (CAI), dan
3.      Program yang menggunakan teaching machine.
Dalam kehidupan sehari-hari teori Skinner tentang pengkondisian ini sangat diminati saat ini karena memang memiliki fungsi yang sangat membantu manusia. Melalui teori ini orang-orang dapat melatih hewan peliharaan (kucing, anjing, burung dll.) maupun hewan-hewan yang berguna dalam membantu manusia (merpati, anjing polisi dll.). Dalam pengkondisian operan menurut Skinner ini, para pelaku eksperimen dapat mendorong perilaku baru dengan mengambil manfaat dari perbedaan tindakan subyek. Untuk melatih seekor anjing,agar bisa menekan bel dengan moncongnya, seorang penyelidik dapat memberikan imbalan setiap kali anjing tersebut mendekati kawasan bel, serta memberi isyarat bagi anjing untuk menyentuh bel. Dan jika akhirnya bel tersentuh, kembali diberi imbalan (penguatan).
Dengan cara ini juga burung dara dapat dilatih dengan membentuk respon operan untuk menemukan lokasi orang-orang yang hilang di laut; ikan lumba-lumba dilatih untuk menarik  peralatan di bawah air. Teori Skinner ini juga sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, dimana rata-rata system pendidikan saat ini menerapkan system pengkondisian Skinner. Saat sensitifnya masalah hak asasi manusia (HAM), maka penerapan hukuman di dunia pendidikan mulai dikurangi dan beralih ke cara yang dperkenalkan Skinner yaitu bahwa hukuman tidak perlu, yang diperlukan adalah memberi hadiah bagi yang berprestasi untuk merangsang anak-anak yg tidak berprestasi untuk belajar lebih baik lagi.[12]




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.

B.     Saran
Makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi buku reperensi, penulisan apalagi kata-kata yang tidak terurai dengan baik.Penulis mengharap kritikan dan masukan dari pembaca untuk perbaikan makalah ini kedepanya.












DAFATAR PUSTAKA
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, Bandung: PT. Rafika Aditama, 2010
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar , Jakarta: logos, 1999
George boerre,Personaliti Theoris (Yogyakarta:,Prisma Sophie, 2009
Malcolm hardy dan Steve heyes. Pengantar Psikologi, Semarang : Erlangga,1985
King, Laura A.. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif, Jakarta:Salemba Humanika, 2010
George Boerre,Personaliti Theori , Yogyakarta: Prisma Sophie, 2009
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran. Bandung : Wacana prima, 2007
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001
Nana Sudjana, Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, (Jakarta: LPM Fakultas Ekonomi UI, 2000






[1] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2010),  hlm. 2
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: logos, 1999),  hlm. 88
[3] George boerre,Personaliti Theoris (Yogyakarta:,Prisma Sophie, 2009) hlm. 227
[4] Malcolm hardy dan Steve heyes. Pengantar Psikologi. ( Semarang : Erlangga,1985 ) hlm. 42
[5] King, Laura A.. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif, (Jakarta:Salemba Humanika, 2010),  hlm. 356
[6] George Boerre,Personaliti Theori (Yogyakarta: Prisma Sophie, 2009) , hlm. 228-229
[7] Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran. ( Bandung : Wacana prima, 2007 ) , hlm. 9
[9] Muhibbin Syah.Op Cit., hlm. 100-101
[10] Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), hlm. 20
[11] Nana Sudjana, Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, (Jakarta: LPM Fakultas Ekonomi UI, 2000), hlm. 93
Advertisement advertise here


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search